George Saa, pemuda Papua dengan prestasi ‘sangat spesial’
Pemuda Papua, George Saa, juara lomba fisika dunia, prestasi yang disebut “sangat spesial” oleh seorang akademisi, mengatakan ia tetap ingin kembali ke tempat asalnya dengan ilmu yang didapat di luar negeri.
George, yang saat ini melanjutkan studi S2 teknik material di Inggris,
mendapatkan sejumlah tawaran beasiswa setelah menang dalam kompetisi dunia
First Step to Nobel Prize dalam Fisika pada tahun 2004, saat masih duduk di
bangku sekolah menengah atas.
Ia melanjutkan studi dengan gelar sarjana dalam bidang Aerospace
Engineering di Florida, Amerika Serikat setelah lulus SMA.
Masalah finansial – tak ada ongkos ke sekolah dan pembayaran uang sekolah-
sempat membuatnya tak bisa ke sekolah, namun George menyatakan “selalu ada
jalan untuk menimba ilmu” dan “uang bukan segalanya”.
Profesor Yohanes Surya, pakar fisika dan pelatih tim Olimpiade Fisika
Indonesia, menyebut prestasi George ‘sangat spesial’ karena memiliki ketekunan
dan inteligensi untuk memecahkan masalah.
Sekolah dan makan siang gratis di Papua
“Ia
menemukan cara menghitung hambatan dari suatu rangkaian tak hingga dari bentuk
segi enam. Segi enam beraturan menjadi dasar pembuatan sarang lebah. Pasti ada
sesuatu yang menarik dari geometri sarang lebah,” kata Yohanes kepada BBC
Indonesia.
“Nah perumusan
Saa ini nantinya akan terpakai kalau orang sudah mampu memanfaatkan rangkaian
elektronik berbentuk rangkaian sarang lebah ini.”
“Prestasi
Saa tentu saja sangat spesial. Tidak mudah untuk melakukan penelitian ini. Saya
lihat sendiri bagaimana ia kerja keras mengatasi berbagai kesulitan yang
timbul….Lomba penelitian the First Step itu menuntut kesabaran, ketelitian,
ketekunan dan intelegensi yang baik untuk memecahkan masalah yang ada,”
tambahnya.
George
sendiri mengatakan dalam tiga sampai lima tahun ke depan ingin masuk ke
institusi riset di Indonesia untuk “menggabungkan teknik dirgantara dengan
teknik mesin” yang ia pelajari.
Mimpinya
untuk diterapkan di Papua termasuk sekolah dasar yang digratiskan dan dengan
makan siang.
“Menurut
saya, sekolah dasar harus digratiskan, anak sekolah di jemput tiap hari pulang
perginya. Makanan siang di kasih gratis di sekolah, dan program pembimbingan
khusus disediakan untuk ketrampilan khusus. Ini untuk SMP-SMA,” kata George.
“Untuk
universitas, saya memimpikan dan ingin menginisiasi penelitian berkolborasi dan
sistem database riset yang lengkap. Untuk Papua, di kampus-kampus, saya ingin
menciptakan design center dengan small-scale
manufacturing capability. Tujuan saya, yakni ‘product creation’ yakni
penciptaan produk berbasis teknologi yang akan sangat menguntungkan untuk
daerah dalam berbagai aspek misalnya ekonomi dan bisnis,” tambahnya.
Dalam
segmen #KabarDariInggris di Facebook BBC Indonesia, George antara lain ditanya
apakah ingin kembali ke Indonesia dengan situasi yang disebut “marak
intoleransi.”
Inilah
jawaban-jawaban George untuk pertanyaan di Facebook BBC Indonesia
Leonhardt
T. Anggara: Dengan
keadaan Indonesia sekarang ini yang sedang marak intoleransi, apakah kamu tetap
bersedia kembali ke Indonesia?
George Saa: Tetap balik. Intoleran ini hanya
sedikit bagian kecil di negara kita dan cukup dibesarkan oleh media TV
internet…Masih banyak orang kita yang toleran kan?
Putri
Yhani Utami: Ketika
waktu kecil dulu yaitu masa SD dan SMP apakah Anda termasuk termasuk anak yang
rajin belajar?
George Saa: Saya dulu jarang belajar di rumah
walau selama di SD ranking 1 terus. Sebagai orang tua, dari apa yang saya lihat
dari orang tua saya, kebebasan tetap diberi. Tetap memberikan arahan kepada
anak.
Siti Halwah: Selain menggabungkan kedirgantaraan
dengan teknik mesin yang kamu pelajari diluar negeri, akankah kamu bersedia
berbagi ilmu yang kamu miliki di universitas yang tidak terlalu terkenal:
George Saa: Pernah berpikir mau jadi dosen
kunjung ke Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu. Pasti ingin sekali.
Matheus
Siagian: Semoga
cerita mu bisa menjadi inspirasi buat banyak siswa siswi di Indonesia.
Pertanyaan saya George , kalau kamu bisa kasih masukan kepada siswa siswi yg
kesulitan belajar matematika atau fisika kira kira apa tips yg bisa mereka
dapat dari kamu?
George Saa: Punya guru yg menginsipirasi dan
bukan saja mengajar lebih penting dibanding metoda belajar kalau menurut saya.
Valerie
Arisoi: Dengan
berbagai permasalahan di Indonesia. Lebih khusus di Papua, mulai dari
listrik.sampai ke masalah lainya seperti lingkungan dan teknologi industri.
Apakan kaka (kakak) akan ke Papua dan berbagi ilmu di Papua ?
George Saa: Berbagi ilmu sudah pasti. Saya
berpendapat, industri tidak berkembang di kita Papua itu salah satunya karena
supply listrik dan stabil untuk operasi industri…Industri di Papua itu tidak
bisa dibangun karena supply listrik ini. Kalau di BP, Freeport, meraka ok
karena punya power plan sendiri. Nah, kita ini belum. Saat ini, kita di Papua
belum ada indikasi good
political will,
Bunda El
Indira: George
kebanggaankuh,,,,,besar sekali badanmu nak,,,ssehat ya,,,,jangan lupa klo da yg
tanya kau orang mana jawab yang lantang,,,,,,INDONESIA punya!!!! OKE???
George Saa: Membacanya jadi tersenyum. Saya
terima sarannya dan salam
Liliana
Tanggu: Kisah
hidupmu pasti akan saya ceritakan ke siswa siswi saya di Biak Numfor sehingga
menjadi motivasi kelak mereka bisa sama sepertimu kalau bisa lebih hebat
darimu..
George Saa: Salam dari Birmingham, Britania Raya,
sukses mengajar Liliana
Fadhli
Erlanda Arlan: Indonesia
menanti George untuk berkreasi di Indonesia. Nah jika ada tawaran kerja dari
lembaga riset di luar negri dengan fasilitas dan gaji lebih bagus, apakah
George masih mau kerja di Indonesia?
George Saa: Fadhli, saya balik Indonesia, Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar