Dua Pilot Muda Papua Ramaikan Dunia Penerbangan Nasional

 Dua pilot asli Papua, Herman Zonggonau, dan Amianus Wamang, ikut meramaikan dunia penerbangan nasional. 


Jakarta - Mimpi dua pemuda asli Papua, Herman Zonggonau dan Amianus Wamang, menjadi kenyataan. Keduanya dinyatakan lulus dan telah diwisuda oleh Genesa Flight Academy. Kehadiran mereka ikut meramaikan dunia penerbangan nasional, khususnya di Papua.
Herman dan Amianus merupakan dua diantara pilot Papua yang lahir melalui program beasiswa dana kemitraan Freeport bagi pengembangan masyarakat, yang dikelola Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK).
Luasnya wilayah Papua, provinsi paling Timur Indonesia yang mencapai hampir 21 persen dari luas wilayah Indonesia, dan dengan kondisi alamnya yang unik, menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat dan pemerintah provinsi Papua. Berjalan kaki puluhan kilometer bagi masyarakat pedalaman untuk mencapai pusat kota merupakan hal yang biasa.
Pengalaman ini yang kemudian berdampak pada mimpi sebagian anak-anak Papua untuk menjadi penerbang atau pilot, untuk keluar dari keterpencilan, melihat dunia lain, dan mengejar ketertinggalan.
Perjalanan kedua pemuda ini dimulai sejak 2013, ketika mereka lolos seleksi program beasiswa khusus LPMAK. Sebelum memasuki masa studi, peserta program mendapatkan bimbingan baik secara mental dan psikis dari Yayasan Bina Teruna Bumi Cendrawasih (Binterbusih), sebagai mitra Biro Pendidikan LPMAK yang melakukan pendampingan bagi peserta program. Herman dan Amianus kemudian menempuh studi selama 3 tahun di Genesa Flight Academy.
"Saya berjuang mengejar mimpi dengan dukungan berbagai pihak. Saya lahir dari keluarga yang sederhana, mimpi saya ini menjadi sesuatu yang mustahil untuk tercapai. Biaya pendidikan sekolah penerbangan mencapai Rp 1 miliar, belum ditambah dengan trainingkeahlian khusus untuk penambahan rating,” kata Herman, Jumat (4/8).
Ketua Yayasan Binterbusih, Paul Sudiyo, mengatakan, beasiswa merupakan kesempatan dan bukan hak. Paradigma ini dibangun untuk mendorong mentalitas anak-anak dari tujuh suku untuk bersaing dan meraih peluang.
"Ada empat komitmen pendampingan yang diterapkan, diantaranya, membangun iman yang teguh, karakter yang kuat, pengetahuan yang memadai dan skill,” ujar Paul Sudiyo.
Lebih lanjut, Paul mengungkapkan, ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pihaknya dalam pendampingan mahasiswa penerima beasiswa LPMAK.
"Tantangan terbesar adalah dalam memberikan motivasi dan bimbingan, untuk menjadikan mereka pribadi yang disiplin, bertanggung-jawab dan berkomitmen untuk menyelesaikan studi,” tambah Paul.

Sumber: BeritaSatu.com





Tidak ada komentar: